Jacksen: Pemain Papua Perlu Pendekatan



JAKARTA, KOMPAS.com - Papua seperti seorang ibu yang tak pernah lelah melahirkan pemain-pemain sepak bola bertalenta dari masa ke masa. Agresif dan petarung menjadi ciri khas pemain "Bumi Cendrawasih". Tidak terlalu berlebihan pula bila Papua disebut-sebut miniatur Brasil. Di tim nasional Indonesia, selalu saja ada pemain asal Papua.
Di sisi lain, beberapa pemain Papua kerap mendapatkan nilai merah saat membela "Merah Putih" karena indisipliner. Di era kepelatihan Alfred Riedl, Boaz Solossa (Persipura Jayapura), Titus Bonai (Persipura Jayapura), dan Oktovianus Maniani (Sriwijaya FC) harus didepak dari timnas akibat tindakan seperti ini.
Riedl dengan tegas mencoret Boaz karena mangkir dari pemusatan latihan Piala AFF 2010. Pelatih asal Austria itu juga menolak memanggil Okto ke dalam skuad SEA Games 2011 karena hilang kesabaran atas tindakan indispliner yang dilakukannya berulang-ulang. Sementara Tibo didepak dari timnas Pra-Olimpiade karena ketahuan menenggak minuman keras.
Akhir pekan lalu, reporter Kompas.comFerril Dennys Sitorus, dan fotografer, Kristianto Purnomo, mendapatkan kesempatan emas mewawancarai pelatih Persipura Jayapura, Jacksen F Tiago. Dalam kesempatan tersebut, pelatih asal Brasil itu bersedia menjawab pertanyaan reporter kami dan pertanyaaan pembaca yang dititipkan kepada kami, terkait masalah indsipliner pemain Papua.
Tidak hanya itu, Jacksen juga mengungkapkan rahasia suksesnya bersama Persipura. Berikut kutipan wawancaranya.
Dapatkah Anda sebagai pelatih Persipura memengaruhi pemain Anda agar berkomitmen penuh jika dipanggil timnas (avi_dipta@yahoo.com)?
"Saya tidak bisa menjawab itu secara detail. Pasalnya, mereka sebenarnya tidak melakukan itu (tindakan indipliner) ketika bersama tim. Saya rasa orang yang paling pantas menjawab adalah pelatih timnas karena dia merasa mereka melakukan itu. Kita tidak ada persoalan apa pun. Semua hal yang saya minta, mereka menjalankan dengan baik dan bahagia luar biasa."
"Memang ada satu atau dua persoalan tetapi semua persoalan itu bisa selesai bila punya niat yang baik. Misalnya, anak-anak melakukan kesalahan, saya rasa tidak salah sebagai pembimbing untuk menasihati dia. Pendekatan! Masing-masing orang butuh pendekatan berbeda-beda. Tidak bisa semua kita perlakukan sama. Ada yang perlu kita lebih dekat. Ada yang perlu kita lepas pasti dia akan baik."
Artinya, Anda menilai sikap Alfred Riedl terlalu kaku?
"Bukan Riedl. Saya tidak tahu cara dia bekerja. Saya bicara kalau saya dengan anak-anak. Kalau bicara ada tindakan indispliner di Persipura, jelas ada. Cuma, kita tahu pemain vital untuk tim dan dia loyal. Beda dengan timnas. Pemain di timnas hanya jangka pendek. Dia bisa datang hari ini, besok pergi karena ada pemain lain yang akan datang. Namun di klub tidak. Di klub, pemain tidak bisa dibuang begitu saja. Oleh karena itu, cara pendekatan kita di klub beda dengan di timnas."
"Timnas sumber daya manusianya sangat luas. Di klub berbeda. Makanya, materi pemain yang kita punya harus dimaksimalkan. Mungkin Tibo, katakanlah, keluar dari timnas karena indspliner. Mungkin ada pelatih yang mengatakan, 'Tibo kamu sini. Kamu dapat hukuman. Kamu tidak akan main.' Pasti ada pelatih yang melakukan itu. Namun, kita tidak. Saya akan menanyakan apa yang terjadi di sana. Kemudian, Tibo kembali dan menceritakan. Saya hanya bilang kepada dia untuk konsentrasi dan bangkit lawan Persijap Jepara. Hasilnya, dia bangkit mencetak gol penentu di pertandingan itu. Makanya, masing-masing orang punya cara berpikir. Saya mengenal mereka. Saya tahu mereka demi Persipura akan melakukan apa saja. Tinggal bagaimana memaksimalkan spirit mereka."
"Kalau saya, semua pemain harus berangkat ke timnas. Cuma, jangan kembalikan pemain ke klub dengan mental yang hancur karena mereka bilang ke media, 'Pemain itu mabuk atau apalah.' Kenapa mereka bicara saat pemain itu dilepas ke klub? Itu membuat kami jengkel."
Adakah komunikasi dengan klub sebelum mereka dicoret?
"Tidak. Tidak ada komunikasi. Saya tidak tahu kalau pelatih yang lain. Namun, Persipura sama sekali tidak pernah ada komunikasi dengan timnas. Katanya, Tibo di Hongkong mabuk (laga ujicoba Timnas Pra-Olimpiade). Kenapa saat itu mereka tidak bicara kepada media saat Tibo masih pakai seragam? Tapi, begitu dia coret, mereka bikin wawancara dengan wartawan, bilang bahwa Tibo mabuk."
Kenapa mereka tidak menghubungi Persipura?
"Jangan mereka bicara dengan media. Bicara dengan Persipura, hari ini kita coret Tibo karena begini-begini. Kasih tahu klub. Akan lebih bermanfaat daripada mereka buang ke media. Kirim surat ke klub karena sebelum pemain dipanggil, mereka mengirim surat ke klub. Itu lebih bijak."
Bagaimana metode Anda dalam membina kedisplinan skuad? Apakah ada sanksi-sanksi khusus yang Anda terapkan atau Anda memberi kelonggaran lebih kepada mereka (glen_ags@yahoo.com)?
"Kita bukan tentara. Kita tidak ada pedoman displin. Yang kita punya memberi wawasan kepada pemain. Kalau anak (kandung), saya dispilin membuat dia punya peraturan. Tapi kalau klub, yang penting memberikan wawasan supaya mereka bijak. Soalnya, saya tidak bisa 24 jam bersama pemain. Saya bekerja di Persipura dengan memberikan wawasan. Saya bilang, kalian bebas melakukan apa saja."
Cuma, apa pun yang terjadi, kalian harus bertanggungjawab. Kita tidak bicara, 'Kamu tidak boleh begini.' Tidak ada seperti itu. Kita punya latihan jam sekian. Kalau terlambat, risikonya naiknya taksi saja. Anak-anak harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kalau ada tindakan indispliner yang tidak bisa ditoleransi, jelas ada sanksi. Namun, semua yang kita lakukan memberikan wawasan dan kebebasan, supaya pemain jadi bijak. Mereka biar bisa jadi manusia tanpa kita. Kita tidak ada di samping dia, dia tetap bertanggung jawab."
Apakah sejauh ini Anda nyaman melatih Persipura (firman.utina@hotmail.com)?
"Sangat nyaman. Pengurus klub yang saya latih sangat menghargai. Saya cukup salut dengan Persipura. Sepengetahuan saya, Persipura merupakan tim yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak saat mereka bertanding di luar Mandala."
Pendekatan macam apa yang Anda lakukan untuk membentuk mental seperti itu (glen_ags@yahoo.com?
"Kita tidak pernah membuat sebuah materi latihan dengan tujuan cuma bertahan saja. Saya cuma bilang dalam 90 menit, kita hanya punya peluang paling sedikit punya tiga atau empat peluang. Tapi, kalau kita punya penguasaan bola, konsentrasi, fokus, kita bisa ambil alih permainan. Kita tidak pernah minta anak-anak bermain bertahan. Kita mempelajari lawan dan kita waspadai lawan. Kelemahan lawan kita manfaatkan."
"Kita tidak pernah menargetkat hari ini satu poin atau tiga poin. Saya tidak pernah bermain target nilai. Target kita adalah bermain dengan baik, hasil itu pasti akan datang. Itu yang saya tegaskan. Dengan munculnya banyak pemain muda di Persipura, saya pertama sangat senang. Ini bukti bahwa Indonesia banyak sekali pemain bagus. Seperti La Masia Barcelona, mereka selalu latihan bola datar. Sangat dikecam bola lepas dari tanah. Mungkin Anda sudah tahu berita ini."
Filosofi sepak bola Persipura seperti apa (mnos30@yahoo.co.id)?
"Passing sangat penting dalam bermain. Passing dan peran pemain tanpa bola. Itu yang selalu kita lakukan dalam latihan. Bagaimana pemain berpikir sebelum bola datang. Bermain satu-dua sentuhan. Ada saatnya pemain dapat kebebasan berimprovisasi. Kita coba pemahaman taktik. Saya selalu tekankan kepada mereka untuk fleksibel terhadap lawan-lawan yang dihadapi."
Apakah Anda siap apabila manajemen tim Persipura meminta kepada Anda agar seluruh pemain Persipura dari lokal, tanpa pemain asing (mediansyah_ahmad@yahoo.com)?
"Menurut saya, kami siap. Namun, saya yakin mereka (manajemen) tidak melakukan itu. Pasalnya, sepak bola sekarang ini bukan hanya bersifat kedaerahan saja tetapi industri. Tidak mungkin pengurus Persipura melakukan itu. Dari segi kedaerahan dan kebanggaan, bagus. Namun, itu semua dilakukan di level amatir. Makanya ada PON (Pekan Olahraga Nasional) yang merupakan wadah pemain-pemain lokal untuk berkembang. Kalau menurut saya, langkah-langkah tersebut lebih tepat dilakukan di PON karena itu level amatir."
"Tujuan PON dan kompetisi amatir tempat mencari bibit daerah. Di level profesional, faktor daerah harus ditinggalkan karena namanya profesional. Kita harus membuka diri meskipun Papua memiliki potensi. Itu lebih bijak. Makanya, saya yakin Papua tidak akan melakukan itu meskipun Papua memiliki potensi melakukan itu sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa. Cuma, datangnya pemain dari luar akan membuat tim lebih maju."
Apa rahasianya sehingga Persipura bisa menjadi sukses seperti ini (Ednap_ina3@yahoo.com)?
"Kebersamaan dari anak-anak yang dibangun sejak lama. Selain itu, banyak penderitaan yang dialami di Papua sehingga sepak bola yang menjadi kebanggaan. Itu yang membuat mereka bermain dengan hati yang membara betul. Tinggal kita berupaya membentuknya menjadi kekuatan yang positif. Biar mereka tidak emosional dalam mengeluarkan kemampuan yang mereka punya. Makanya, sekarang Anda lihat mulai lebih tenang dalam bermain. Dulu Papua sering emosional dan ribut. Sekarang mereka lebih tenang."
"Selain itu, persekutuan kita. Sentuhan rohani itu dampaknya luar biasa kepada anak-anak. Setiap hari Minggu, sudah pasti kami melakukan ibadah. Kalau kita besok mau bertanding, kita datangkan pendeta malamnya. Misalnya di Jakarta, kita datangkan pendeta. Kalau di Papua, kita punya tim pendeta. Ada enam atau tujuh pendeta yang memimpin ibadah kita. Kadang kalau ada pemain yang memiliki persoalan, mereka berdoa khusus untuk pemain."
"Setiap rapat, kita selalu menyebut nama Tuhan. Kita menutup rapat pertandingan dengan ayat dari Alkitab. Kita bicara, jangan menghalangi Tuhan. Biarkan Tuhan bekerja. Kalian tingggal bekerja dengan sepenuh hati. Tuhan akan buka jalan hasil yang kita inginkan. Puji Tuhan sampai saat ini, mereka bisa melihat mukjizat-mukjizat yang terjadi."
Apakah Anda yakin bisa membawa Persipura membawa juara ISL (firman.utina@hotmail.com)?
"Saya selalu bilang, harapan besar. Tinggal kita bekerja keras dan sungguh hati. Semoga Tuhan buka jalan. Yang penting bekerja keras."
Apa rencana Anda untuk musim yang akan datang terutama di ajang internasional, apalagi bila Persipura menjadi juara ISL tahun ini (hidayatmtsc@yahoo.co.id)?
"Mungkin kemarin kita banyak persoalan dari segi nonteknis yang menghalangi kita. Sehingga yang nonteknis itu merambat kepada faktor teknis. Tapi, sekarang kita punya banyak pemain muda yang punya ambisi besar untuk membuktikan diri. Jelas penambahan pemain ada. Harus pemain yang berkualitas. Pemain yang benar-benar dibutuhkan. Kita sudah rencanakan beberapa hal. Namun, kita tidak tahu apakah kita bermain di sana (Liga Champions) tahun depan dan kontrak saya selesai."
Menurut Anda, apakah Boaz sudah layak bermain di klub-klub Eropa (milanisti_94@yahoo.co.id)?
"Menurut saya, dia layak mendapatkan kesempatan itu."
Mengapa dia menolak VV Venlo (klub asal Belanda)?
"Kalau itu, tanya yang bersangkutan yah. Saya sempat berbicara kepada media bahwa saya sangat setuju dia pergi. Dia akan memberikan dampak yang sangat besar kepada pemain Papua lain bila dia bermain di Eropa. Boaz bisa menjadi pioner dalam proses itu. Sukses atau tidak berbeda. Tergantung adaptasi dia di sana. Dari segi skill, saya yakin. Jangankan pergi ke Venlo, ke Brasil pun, dia akan lebih berkembang. Mereka di sini hanya andalkan bakat alam. Mereka tidak mendapatkan teknik dasar sepak bola sempurna yang dibangun sejak kecil sehingga banyak kekurangan."
"Mungkin di level Indonesia, Boaz sangat luar biasa. Untuk level di sana, Boaz harus banyak belajar untuk menjadi bagian dari tim. Namun, dia punya kelebihan yang sangat luar biasa. Makanya, kalau saya, Boaz harusnya mencoba sehingga dia melihat bagaimana kehidupan pesepakbola profesional karena dia tidak mendapatkan hal itu di Indonesia. Ketika kami tampil di AFC, perbedaan sangat mencolok. Beberapa waktu lalu, kami ke Hongkong, kita lihat perbedaan yang sangat mencolok. Maksudnya, kehidupan di negara yang lebih maju dan infrastruktur yang juga lebih maju."
"Saya rasa itu. Dia tidak mendapatkan hal itu di sini. Kalau di sana, dia akan berkembang pesat. Aku yakin kalau dia bisa sukses, banyak yang akan menyusul. Seperti Ian Kabes, Imanuel Wanggai, Stevie Bonsapiah. Kita banyak pemain-pemain yang luar biasa.
Tak hanya berbicara mengenai tindakan indispliner yang dilakukan anak asuhnya saat membela timnas, Jacksen juga mengemukakan pendapatnya mengenai kinerja PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid dan kontroversi digelarnya Liga Primer Indonesia (LPI). Simak hasil wawancaraKompas.com dengan Jacksen pada sesi tulisan berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar